Pardosi, Milton Thorman (2021) Allah "Berhenti" pada Hari Sabat: Aplikasi bagi Para Calon Anggota Baru Pemelihara Sabat. Jurnal Koinonia, 13 (1). pp. 37-47. ISSN 2086-0935

[thumbnail of Allah Berhenti pada Hari Sabat] Text (Allah Berhenti pada Hari Sabat)
Alla berhenti pada hari sabat.pdf

Download (540kB)

Abstract

Makna Allah “beristirahat” pada hari ketujuh menarik untuk ditelaah. Dalam Kejadian 2:2,3 kata “istirahat” adalah שַּׁבָּת/šabāt sedangkan dalam Keluaran 20:11 kata “istirahat” adalah נוּחַ/nûah. Kedua ayat ini memang berbeda dalam konteks namun terkait hari Sabat. Mereka yang memelihara hari Sabat mempertanyakan tujuan Musa menggunakan dua kata ini untuk Allah “beristirahat.” Mengapa Musa menggunakan kata שַּׁבָּת/šabāt hanya untuk Allah dan para pemelihara Sabat sedangkan kata נוּחַ/nûah untuk Allah, budak, orang asing dan binatang. Kajian ini menjelaskan arti kata שַּׁבָּת/šabāt dan נוּחַ/nûah dalam konteks Allah dan Sabat serta memberi arti kata-kata tersebut bagi pemelihara Sabat. Peneliti menerapkan metode kualitatif berdasarkan grounded theory. Kata שַּׁבָּת/šabāt hanya digunakan untuk Allah dan manusia (pemelihara Sabat) sedangkan שַּׁבָּת/šabāt dan נוּחַ/nûah digunakan untuk Allah, manusia (hamba dan orang asing) dan binatang. “Istirahat” (שַּׁבָּת/šabāt) Allah menandakan kepuasan dan kegembiraan atas apa yang telah Dia lakukan. Allah “beristirahat” dalam Kejadian 2:2,3 menunjukkan fungsi kosmologis. Itu menjadi contoh bagi manusia alih-alih menyatakan bahwa Allah membutuhkan relaksasi. Allah “beristirahat” (נוּחַ/nûah) dalam Keluaran 20:11 menunjukkan fungsi antropologis karena hari Sabat terkait dengan aktivitas manusia, bukan aktivitas Allah. Hasil “beristirahat” (נוּחַ/nûah) pada hari ketujuh akan membawa ketenangan atau penyegaran (נׇפַשׁ/nāpaš) yang menyangkut tubuh dan pikiran. Perubahan dari שַּׁבָּת/šabāt menjadi נוּחַ/nûah dalam konteks Allah “beristirahat” pada hari ketujuh menunjukkan bahwa hari ketujuh awalnya untuk istirahat rohani (batin) untuk mengingat Sang Pencipta tetapi berubah menjadi istirahat rohani dan jasmani bagi manusia setelah jatuh ke dalam dosa. Itu sebabnya mereka yang ingin menerima Sabat harus melalui beberapa tahapan agar mereka dapat bertahan dalam iman mereka yaitu: belajar sepenuhnya dan tidak terburu-buru; mulai mempraktekkan doktrin Sabat; dan memiliki motif yang benar dalam menerima doktrin ini.

Item Type: Article
Subjects: 100 - Filsafat dan Psikologi > 100 Filsafat > 100 Filsafat dan psikologi
Divisions: Fakultas Filsafat > Ilmu Filsafat
Depositing User: Mr BAA Admin
Date Deposited: 28 Mar 2022 02:20
Last Modified: 28 Mar 2022 02:20
URI: https://repository.unai.edu/id/eprint/88

Actions (login required)

View Item
View Item