Pardosi, Milton Thorman (2019) Kajian Aksiologi Max Scheler terhadap Operasi Merubah Kelamin pada Manusia (Transeksual). Kajian Aksiologi Max Scheler terhadap Operasi Merubah Kelamin pada Manusia (Transeksual), 2 (1). pp. 91-103. ISSN 2620-7990

[thumbnail of Kajian Aksiologi Max Sheler terhadap Operasi merubah kelamin pada manusia] Text (Kajian Aksiologi Max Sheler terhadap Operasi merubah kelamin pada manusia)
Kajian Aksiologin Max Scheler terhadap Operasi Merubah Kelamin pada MAnusia.pdf

Download (525kB)

Abstract

Salah satu perkembangan Ilmu pengetahuan modern saat ini adalah tindakan operasi merubah alat kelamin pada manusia. Ini telah menjadi isu penting dalam masyarakat karena terjadi pro dan kontra. Kelompok yang paling menentang adalah kelompok agama. Beberapa negara sudah melegalkan tindakan ini sementara yang lain belum. Latarbelakang seseorang memutuskan merubah alat kelaminnya ada dua: pertama, karena merasa sedang berada di dalam “tubuh yang salah” di mana perilakunya bertolak belakang dengan alat genital yang dimiliki. Kedua, perkembangan alat genital yang tidak sempurna. Itu sebabnya perlu dibuat kajian Aksiologi terhadap keputusan merubah alat kelamin pada manusia tersebut. Aksiologi sendiri berarti ilmu atau teori tentang hakikat nilai yang menyelidiki nilai dalam hal hakikatnya, ukurannya, dan status metafisisnya yang berkaitan dengan kegunaannya. Dalam Aksiologi, Max Scheler memberikan empat tingkatan nilai yaitu: (1) Nilai “kenikmatan” atau “kesenangan” (agreeable) dan “ketidaknikmatan” atau “ketidaksenangan” (disagreeable); (2) Nilai vitalitas atau kesejahteraan atau kehidupan (vital feeling); (3) Nilai spiritual (spiritual values); (4) Nilai kekudusan atau keprofanan atau ketuhanan (the holy). Dari keempat hakikat nilai Max Scheler tersebut didapati bahwa keputusan merubah alat kelamin pada manusia tidak memiliki hakikat nilai apapun kecuali sekedar nilai kenikmatan atau kesenangan. Artinya, tindakan semacam ini sesungguhnya menyangkal hakikat nilai-nilai yang ada. Nilai kenikmatan yang didapatkan melalui operasi merubah kelamin sebenarnya hanya bersifat “fana” atau sesaat karena justru kekecewaanlah yang muncul pada akhirya. Oleh sebab itu, penulis menyarankan agar mereka yang merasa diri terjebak di dalam “tubuh yang salah” lebih baik melakukan terapi kejiwaan dan keagamaan agar hakikat nilai yang ada pada dirinya dapat diperkembang ketimbang melakukan perubahan pada alat kelamin.

Item Type: Article
Subjects: 100 - Filsafat dan Psikologi > 100 Filsafat > 101 Teori filsafat
Divisions: Fakultas Filsafat > Ilmu Filsafat
Depositing User: Mr BAA Admin
Date Deposited: 28 Mar 2022 03:26
Last Modified: 28 Mar 2022 03:26
URI: https://repository.unai.edu/id/eprint/95

Actions (login required)

View Item
View Item